Saat ini,
kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi buah masih sangat rendah.
Padahal, buah merupakan salah satu sumber serat tinggi yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk hidup sehat. Hal itu terungkap dalam Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemkes)
yang menyatakan, masyarakat Indonesia yang mengonsumsi buah dan sayur
hanya 6,5 persen. Perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk
dengan umur di atas 10 tahun untuk makanan berlemak mencapai 40,7
persen.
Perwakilan Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Ulul Abab
mengatakan, serat merupakan zat makanan yang tidak diproduksi oleh tubuh
manusia. Untuk itu, asupan serat harus berasal dari luar, di antaranya
adalah dengan mengonsumsi buah. Serat dapat mengikat lemak, gula, dan
kolesterol yang terkandung pada makanan dan membuangnya bersama dengan
kotoranOleh karena itu, secara tidak langsung serat dapat menjaga kadar gula darah sehingga baik untuk pembuluh darah dan dapat menghambat penyerapan lemak, serta tidak terjadi hipokolesterol dan juga baik untuk kesehatan jantung. Serat bahkan dapat bekerja sebagai prebiotik yang baik untuk perkembangan probiotik atau bakteri baik di pencernaan.
"Dengan adanya asupan serat yang berkelanjutan, mikrosistem di pencernaan menjadi seimbang dan terjaga sehingga seluruh bagian dapat berfungsi baik. Serat juga mampu idealkan berat badan," ungkap dr Ulul di Bekasi, baru-baru ini.
Menurut dr Ulul, kebutuhan serat sangat berbeda setiap individu. Sebab, sangat tergantung pada jenis kelamin dan usia. Perbedaan jumlah serat tersebut dikarenakan berbedanya kebutuhan setiap individu pada kalori untuk jenis kelamin dan usia.
Jika dilihat dari segi usia, pada bayi berumur 0-6 bulan tidak membutuhkan serat dan hanya mendapatkan ASI. Pada usia 7-11 bulan baru mereka membutuhkan serat sebanyak 7 gram per hari. Karena itu, pada usia tersebut, bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI atau mpAsi. Kebutuhan serat meningkat pada usia pertumbuhan, yaitu 10-12 tahun menjadi 20-30 gram per hari.
"Hal itu karena anak lebih banyak membutuhkan nutrisi makro pada saat usia itu untuk mendukung pertumbuhanya," jelas dia.
Pada usia produktif atau pada umut 16-30 tahun membutuhkan serat paling tinggi mencapai 35-38 gram. Sedangkan, pada lanjut usia kebutuhan serat menurun menjadi hanya 22 gram per hari. Tidak hanya itu, lanjut dia, kebutuhan serat juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Pria membutuhkan lebih banyak serat dibandingkan wanita. "Meski demikian, menurut acuan gizi BPOM 2013, tubuh manusia disarankan untuk mengonsumsi serat 25-30 gram per hari untuk mendukung proses metabolisme," papar dr Ulul.
Tapi, kebutuhan serat pada wanita meningkat ketika hamil. Mengingat kebutuhan kalorinya pun meningkat ketika itu. Peningkatan kebutuhan serat pada wanita hamil meningkat 3 gram per hari dibandingkan kebutuhan sehari-hari. Dr ulul mencontohkan, jika hamil pada umur 25 tahun dengan usia kehamilan 3 bulan, wanita tersebut membutuhkan serat sebanyak 35 gram sehari. "Namun, kebutuhan wanita akan serat lebih tinggi lagi pada saat ia menyusui. Dengan tambahan serat mencapai 5 gram sehari dari kebutuhannya," tegas dr Ulul.
Pada kesempatan yang sama, Head of Marketing and Sales Kalbe Beverages Ronald Unadi mengatakan untuk meningkatkan kesadaran dan mengajak masyarakat akan pentingnya mengonsumsi serat pihaknya melalui Love Juice meluncurkan kampanye "GO Serat." Kampanye tersebut akan dilakukan di 28 kota di seluruh Indonesia dalam bentuk love robic dan jalan sehat keluarga dengan total target 140.000 peserta.
Ada pula, edukasi melalui edutaiment fill machine di mal-mal di Jabodetabek, aktivtas digital. "Saat ini, kami bekerja sama dengan Hypermart di Bekasi dan Bogor untuk mengadakan loverobic yang merupakan senam sehat sekaligus edukasi mengenai pentingnya konsumsi buah dan sayur tinggi serat,"