Wah! Rutin Minum Kopi dan Teh Bisa Bantu Menyehatkan Usus
Tidak semua orang memiliki kebiasaan minum teh ataupun kopi pada jam-jam tertentu. Biasanya karena alasan efek kafein, ada yang pening atau mungkin jadi begadang semalaman. Namun pakar mengatakan keduanya penting bagi kesehatan.
Dr Cisca Wijmenga dari University of Groningen menemukan, teh dan kopi bukan semata dicari karena efek kafeinnya yang membuat mata melek. Pada dasarnya, kedua jenis minuman ini dapat menjaga keseimbangan bakteri dalam usus.
Fakta ini terungkap setelah Wijmenga dan timnya melakukan riset terhadap 165.000 orang Belanda. Masing-masing dari mereka diminta mengisi kuesioner untuk mengungkap pola makan, obat-obatan yang dikonsumsi dan kondisi kesehatan mereka.
DNA usus partisipan juga dianalisis dengan mengambil sampel feses mereka yang telah dibekukan. "Biasanya peneliti hanya mengamati satu kelompok DNA tertentu di mana terkandung beberapa jenis bakteri. Tetapi di sini kami berupaya memetakan seluruh bakteri yang ada dalam DNA agar kami bisa mendapatkan informasi terinci tentang jenis-jenis bakterinya," jelasnya.
Tak disangka, dari situlah Wijmenga menemukan bahwa apapun yang dimakan seseorang akan berdampak langsung terhadap keragaman mikrobiome dalam ususnya. Menariknya, makin imbang pola makannya, maka makin beragam bakteri dalam ususnya dan hal ini merupakan pertanda baik.
|
"Kami tak dapat menjelaskan secara rinci, tetapi yang pasti makin beragam, ini makin bagus untuk kesehatan yang bersangkutan," simpul peneliti seperti dilaporkan Express.co.uk.
Total mereka menemukan ada 60 jenis makanan yang mempengaruhi keberagaman ini, dan kebetulan teh dan kopi merupakan salah satu dari sekian banyak jenis makanan yang bisa membantu menjaga keseimbangan usus, di samping yogurt dan wine (anggur).
Menurut peneliti, konsumsi makanan yang kaya serat, sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan gandum juga akan memberikan efek serupa bagi keseimbangan usus.
Tak hanya itu, peneliti juga menemukan 19 jenis obat yang memberikan efek yang sama pada keseimbangan usus, beberapa di antaranya adalah antibiotik dan antacid.
Dari temuan ini, peneliti meyakini dampak pola makan terhadap kesehatan seseorang jauh lebih besar daripada genetika maupun usianya. "Dengan temuan ini, kita mungkin bisa mengungkap mengapa seseorang bisa jatuh sakit dan mencoba mengatasinya dengan mekanisme yang sama, yaitu mengadaptasi pola makan atau pengobatan tertentu,