Bapak kedokteran Barat modern,
Hipocrates pernah mengatakan : “Make your food be medicine and your
medicine be your food (apa yang dimakan dan diminum adalah obat yang
dibutuhkan oleh tubuh)”. Terapi penyembuhan penyakit itu melalui
kekuatan tubuh dalam menyembuhkan diri individu masing-masing, sementara
dokter sifatnya hanya membantu dari samping. Sistem penyembuhan itu
sudah ada dalam tubuh manusia sejak lahir, dapat membantu tubuh
menghindari ancaman eksternal dari serangan virus dan bakteri penyakit,
sehindar jauh / terhindar dari penyakit.
Sebuah penelitian di Jerman menyebutkan,
bahwa tubuh manusia memiliki kemampuan menyembuhkan sekitar 60-70%
gangguan (penyakit) secara fisik. Dalam kehidupan sehari-hari, sering
kita jumpai tanpa sengaja atau karena tidak hati-hati kulit tergores
hingga berdarah, namun, tak lama setelah darah berhenti, luka itu pun
akan sembuh dengan sendirnya beberapa hari kemudian ; ketika mengalami
gejala flu/pilek kecil, demam, cukup di atasi dengan perbanyak minum air
dan istirahat secukupnya, kurang lebih satu minggu kemudian gejala
tidak enak itu pun akan hilang dengan sendirnya dan pulih seperti biasa.
Inilah kemampuan tubuh manusia dalam menyembuhkan dirinya. Sayangnya,
selaku manusia biasa, masih saja terbiasa ke dokter begitu jatuh sakit,
mengandalkan obat-obatan untuk melawan penyakit, sehingga kemampuan
tubuh untuk penyembuhan diri itu juga secara perlahan-lahan menjadi
lemah.
Sebenaranya, peradangan adalah reaksi
normal dari tubuh melawan virus atau antigen dari luar, daerah yang
terkena radang akan kemerahan, bengkak, panas dan nyeri. Untuk
meringankan gejala tersebut, kedokteran Barat akan memberikan berbagai
analgesik antipiretik atau antibiotik, meskipun secara permukaan gejala
itu dapat diatasi, tetapi sebenarnya justru menghalangi reaksi normal
tubuh. Sehingga lama kelamaan, menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menurun, dan meningkatkan resistensi bakteri atau virus, hingga pada
akhirnya, tidak ada obat yang bisa digunakan ketika diserang penyakit
serius.
Gaya hidup yang tidak sehat melemahkan kekuatan tubuh dalam menyembuhkan diri
Menurut laporan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), gaya hidup tidak sehat merupakan faktor utama yang memicu
timbulnya penyakit kronis. Timbulnya penyakit kronis, kanker disebabkan
oleh gaya hidup yang buruk ; laporan dari American Cancer Institute
menyebutkan, bahwa sebesar 75% kanker juga disebabkan oleh gaya hidup
yang tidak sehat. Sementara laporan dari Departemen Kesehatan Nasional
Taiwan juga menegaskan bahwa gaya hidup tidak sehat dapat menyebabkan
diabetes, penyakit jantung dan kanker.
Ada sekitar 60 triliun sel di dalam
tubuh manusia, dan ratusan triliun mikroba, organisme-organisme ini
menjaga keseimbangan dengan kehidupan manusia, jika keduanya seimbang
berarti tidak sakit. Jadi keseimbangan itu adalah hukum alam, sekaligus
juga sebagai landasan dalam mengembangkan kekuatan penyembuhan diri.
Jika Anda kerap selalu sibuk bekerja, konsumsi minuman keras dan
merokok, pola makan tidak teratur, begadang dan sebagainya, maka gaya
hidup yang tidak sehat ini akan melemahkan fungsi kekuatan penyembuhan
diri, sehingga penyakit ringan akan merasuk ke dalam tubuh dan terkadang
akan membentuk menjadi penyakit serius.
Ada pepatah dalam kedokteran Tiongkok
yang berbunyi “30% mengobati, 70% memelihara kesehatan”, kita seharusnya
sebisa mungkin mengandalkan kekuatan pertahanan tubuh itu sendiri untuk
menyembuhkan penyakit. Artinya, selama bisa memelihara kekuatan
penyembuhan diri dari tubuh itu dengan baik, maka tidak sulit dalam
menjaga kesehatan.
Membangunkan kekuatan penyembuhan diri dari tubuh kita
Bagaimana membangunkan kekuatan penyembuhan diri dari tubuh kita ? Berikut rekomendasi dari pakar kesehatan :
1. Nutrisi seimbang.
Nutrisi merupakan fundamental dari
kesehatan, sementara makanan adalah sumber nutrizinya, sedangkan diet
(pengaturan pola makan sehat dan gizi seimbang) merupakan prinsip utama
dalam menjaga kesehatan. Diet seimbang harus bisa dilakukan, padukan
dengan bahan pangan kasar dan halus, daging dan sayuran, makanan dingin
dan panas (sifat makanan), serta padukan dengan sayuran dan buah-buahan,
sebisa mungkin makanannya beragam dan kaya dengan kadar yang dibutuhkan
tubuh (serat, vitamin, mineral dan sebagainya).
2. Jangan sembarangan menggunakan (konsumsi) obat.
Mungkin sebagian besar dari kita tahu
bahwa obat itu “30%-nya adalah racun”, tapi masih aja suka makan obat,
terutama obat yang semakin kuat khasiatnya, dimana efek sampingnya juga
akan semakin kuat. Begitu merasa gejala radang, lalu langsung diatasi
dengan obat anti inflamasi atau antibiotik, namun, tidak peduli jenis
obat apa pun, konsumsi obat dalam jangka panjang akan menyebabkan
resistensi obat, sementara apabila terjadi lagi peradangan, lalu
menggunakan obat yang lebih manjur, maka tidak tertutup kemungkinan akan
berdampak buruk secara permanen pada tubuh Anda.
3. Tidur yang cukup.
4. Olahraga yang teratur.
5. Menjaga suasana hati ceria.
Menjaga suasana hati yang baik merupakan
landasan dalam kesehatan, dalam hal ini kedokteran Timur (Tiongkok-red)
memiliki pandangan yang sama. “Suasana hati yang buruk apa pun
dipastikan akan berdampak buruk atau mencederai organ internal. Mereka
yang memiliki jiwa yang positif dan optimis, fisik dan mentalnya akan
semakin sehat, dan rasio kematian karena penyakit kardiovaskular juga
semakin rendah, demikian juga dengan fungsi paru-parunya akan semakin
sehat, ujar dokter dari Harvard Medical School, Amerika Serikat.